Sajak yang Tak Punya Pembaca
Terkadang, aku ingin kita
menjelma sebait sajak yang tak punya pembaca,
terlupakan di halaman yang tak pernah tersentuh,
terselip di antara lembar-lembar yang menguning oleh waktu.
Tak perlu ada mata yang menelusuri kata,
tak perlu ada bibir yang mengeja makna,
sebab kita adalah rahasia
yang hanya berbisik pada sepi,
hanya bergema dalam hati yang saling mengerti.
Biarkan dunia terus melaju,
dengan bisingnya yang tak memberi jeda,
dengan musim yang terus mengeja perubahan,
sementara kita tetap di sini,
diam dalam bait-bait sunyi,
menjadi puisi yang tak butuh sorak atau tepuk tangan.
![]() |
Flight 2018 |
Sebab tak semua kisah ingin diceritakan,
tak semua rindu ingin diabadikan,
beberapa cinta memilih bersembunyi dalam gelap,
bukan karena takut, bukan karena ragu,
melainkan karena ia terlalu suci
untuk dijamah oleh tafsir yang fana.
Maka biarkan kita tetap di sini,
menjadi aksara yang cukup bagi satu sama lain,
sebab makna sejati tak selalu harus ditemukan,
kadang ia hanya perlu ada—
tak tersentuh, tak terbaca,
namun tetap abadi.
Baca Juga : Sajak Yang Tak Pernah Pergi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar